Keprihatinan terhadap berbagai konflik
bernuansa suku, agama, dan ras (SARA) yang terjadi di Lampung Tengah (Lamteng),
menjadi latar belakang kelahiran Komunitas Sekelik Sedulur. Hal tersebut
disampaikan Pegiat Komunitas Sekelik Sedulur, Abdul Kahfi, di Rumah Hati, Metro
Kibang, Minggu (2/8/2015).
Kahfi mengatakan, dalam kurun waktu beberapa
tahun terakhir, konflik bernuansa SARA di Lamteng telah terjadi sebanyak 17
kali. “Itu menjadi motivasi kami untuk mengembalikan rasa damai, yang
sesungguhnya menjadi falsafah luhur hidup orang Lampung,” ungkap Kahfi.
Menurut Kahfi, ada pemahaman masyarakat yang
mulai bergeser. Sehingga pada gilirannya, pemahaman bersama tentang
persaudaraan, kebangsaan, dan nilai-nilai persatuan diperlukan. Kahfi mengaku,
perkenalannya dengan komunitas Jamus Kalimosodo memberikan inspirasi tentang
kehidupan bersama, saling menghormati, dan semangat persaudaraan.
Di samping berdiskusi, Komunitas Sekelik
Sedulur juga aktif melalui media sosial, seperti Twitter, Facebook,maupun
Instagram. “Hadirnya Komunitas Sekelik Sedulur untuk mewujudkan semangat
kebersamaan, agar tidak terjadi konflik di masa yang akan datang. Diplomasi
kebudayaan menjadi salah satu jalan yang efektif,“ tutur Kahfi.
Penulis: Arif Budhi Siswanto
pojoksamber.com
Blogger Comment
Facebook Comment